Cirebon, selain dijuluki sebagai kota Udang dan kota Wali ternyata kota yang berada di timur Jawa Barat ini memiliki beberapa budaya kesenian daerah yang mendunia. Kali ini saya mau share buat temen-temen beberapa kesenian daerah khas Cirebon. Jika temen-temen sempat mengunjungi kota Cirebon lalu berbincang-bincang tentang budaya keseniannya, pasti nama-nama dibawah ini akan terdengar. Dan bahkan jika ada suatu hiburan entah hajatan, khitanan, atau perayaan lainnya pasti akan menemui kesenian-kesenian dibawah ini. Pokonya Cirebon banget jeeehhh....
1. Tari Topeng

Masing-masing topeng pada tari ini memilik karakter yang menggambarkan sifat atau perwatakan seseorang. Topeng berwarna biru misalnya, mengandung sifat yang anggun dan lincah. Lalu topeng yang  berwarna merah memiliki karakter yang beringas dan sangat tempramental. Jenis tarian yang terkenalnya ialah tari topeng Kencana Wungu yang menceritakan Prabu Minak Jingga yang tergila-gila pada Ratu Kencana Wungu. Tari ini karya Nugraha Soeradireja. Tari Toeng sangat populer sekali di wilayah Cirebon, Indramayu, Subang, Majalengka, Brebes, Banyumas, Purwokerto dan Kuningan.
Tari Topeng Cirebon tepatnya, adalah salah satu tarian di tatar parahyangan. Disebut tari topeng karena penarinnya menggunakan Topeng. Mimi Rasinah, adalah salah satu maestro tari topeng. Tari ini selalu mengalami perkembangan dari berbagai gerakan atau cerita yang dibawakan. Di sanggar-sanggar wilayah Cirebon dan sekitarnya, tari ini menjadi salah satu tari faforit. Tari topeng masih dipentaskan dalam acara kesenian tradisional ataupun acara lainnya. Tari topeng bisa dimainkan secara tunggal maupun kelompok. Ketika tarian ini dimulai, kendang dan rebab menjadi  alunan musiknya yang mendominasi.


2. Tari Sintren

Tari Sintren adalah tari tradisonal yang berasal dari Cirebon tepatnya di wilayah pesisir utara. Nama lain dari kesenian ini adalah Lais. Tari Sintren sangat terkenal dengan suasana mistisnya yang bersumber dari cerita Sulasih dan Sulandono. Kisah cinta pasangan kekasih ini tidak direstui , sehingga Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Pertemuan keduanya saat itu hanya melalui alam gaib. Singkat cerita pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamasari yang memasuki roh bidadari ke tubuh Sulasih. Lalu Sulandono yang sedang bertapa dipanggil ibunya untuk menemui Sulasih. Sejak saait itulah setiap diadakan pertunjukan tari Sintren, sang penari dimasuki oleh roh bidadari oleh pawangnya dengan syarat penari masih dalam keadaan suci (perawan). Suara musik dalam pertunjukan Sintren sangat sederhana dan khas sekali.
Pertunjukan tari ini diperankan gadis yang masih suci dibantu oleh pawang. Si pawang mengundang roh Dewi Lanjar untuk masuk kedalam penari. Penari akan terihat cantik dan membawakan tarian yang mempesona. Unikanya, jika masyarakat sekitar sawer (melempar uang), si penari akan berhenti dan menari lagi setelah tidak ada lagi yang sawer. Hal ini dilakukan berulang-ulang kali dan terlihat menarik. Dalam perkembangannya, tari Sintren diperagakan pula dengan penari disekelilingnya dan diselingi bodoran (lawak).



3. Lukisan Kaca.
Lukisan kaca sudah kenal di Cirebon sejak abad 17. Lukisan ni dikenal pula sebagai media dakwah pada masa Panembahan Ratu dan sangat berpengaruh dalam penyebaran agama Islam saat itu. Lukisan ini berbentuk tulisan Kaligrafi dan gambar Wayang dengan ditulis diatas media kaca. Pengaruh kaligrafi dikarenakan dalam menyiarkan agama Islam, banyak ulama melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan gambar Wayang di daerah Cirebon serimg diadakan pertunjukan Wayang yang menampilkan tokoh-tokoh Wayang seperti Arjuna, Kresna, Rama, Lesmana dll.
Di abad 19, objek lukisan kaca bukan hanya tulisan kaligrafi dan hadist, melainkan berkembang seperti gambar Paksinaga Liman, Buroq, dll. Perbedaan lukisan kaca di kota Solo, Jawa Tengah dengan lukisan dari Cirebon ialah pada teknik dan cara melukisnya. Jika lukisan kaca Solo dilukis diatas kaca depan, berbeda halnya dengan lukisan Cirebon yang justru melukis dari kaca belakang.



4. Batik Cirebon
Batik Cirebon lahir sejak abad 16. Berawal ketika Pelabuhan Cirebon (dulu Muara Jati) dijadikan tempat transit dan persinggahan para pedagang asin dari Arab, Persia, India dan China. Kemudian dari hal itu menciptakan asimilasi dan akulturasi bercampur budaya, serta menciptakan banyak tradisi baru. Salah satunya batik Cirebon. Kota-kota dengan batiknya di Indonesia yang mempopulerkan sangat berkembang, mulai dari batik Pekalongan, Solo, Jogja, Garut, Palembang dll.

Beberapa motif atau corak yang terkenal pada batik Cirebon ialah motif Megamendung dan Paksi Naga Liman. Megamendung dipengaruhi dari motif China yang berbentuk garis-garis awan. Megamendung Cirebon memiliki ciri khas sendiri yakni awan berbentuk lonjong, lancip dan segitiga sedangkan China berbentuk bulatan. Sementara motif Paksi Naga Liman lebih memberi pesan peperangan antara kebaikan melawan kejahatan guna mencapai kemakmuran.
Pusat dari pembuatan batik Cirebon sendiri berada di Trusmi, Plered. Batik Trusmi lahir dari karya pemuka agama Islam, Ki Buyut Trusmi. Bersama Sunan Gunung Jati, keduanya mengajarkan Islam di wilayah Trusmi dan mengajarkan keterampilan membatik kepada penduduk setempat. Hingga kini, kawasan Trusmi terkenal dengan Kampung Batik. Banyak wisatawan mancanegara yang melancong di kawasan ini.



4. Buroq

Seni Buroq lahir sekitar tahun 1934. Abah Kalil, penduduk Desa Kalimaro, Kecamatan Babakan ialah pencetus seni ini. Buroq juga dikenal dengan nama seni Bedawang (boneka-boneka berukuran besar) seperti Kuda terbang, Macan, Singa, dll. Seni Buroq diilhami tentang perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha dengan menunggang hewan kuda bersayap.

Pertunjukan Burokan biasanya dipakai dalam beberapa perayaan, seperti Khataman, Sunatan, Perkawinan, Marhaban dll. Pertunjukan diawali dengan Tetalu lalu bergerak perlahan dengan lantunan lagu Asroqol (berupa salawat Nabi dan Barzanji). Rombongan pertunjukan masih berjalan ditempat, setelah banyak masyarakat yang datang rombongan mulai bergerak diiringi dengan alunan genjring dan shalawatan. Dalam perkembanganya, seni Buroq saat ini lebih menggunakan alat-alat musik modern seperti gitar, suling, kendang dan mengiringinya dengan alunan musik dangdut. Hiburan ini sangat bermakna bagi warga sekitar karena bersifat Islami, disenangi anak-anak dan tentunya lebih meningkatkan tali silahturahmi.




5. Tarling

Demikian postingan saya hari ini tentang kesenian yang ada di Cirebon. Silahkan buat temen-temen apabila ada yang mau menambahkan. Sebagai generasi penerus, kita harus bangga dan tetap melestarikannya dengan cara terus mengadakan pertunjukan-pertunjukan tari Topeng dan Sintren serta mengembangkan kreatifitas melalui membatik dan melukis di kaca agar kesenian ini tidak punah dimakan seni modern yang mengalir begitu cepat merasuki otak anak-anak muda. Cintai budaya dalam negeri! 
 Tarling disingkat gitar dan suling. Awalnya sekitar tahun 1930 seni musik ini hanya menggunakan dua alat tersebut. Namun semakin berkembangnya jaman, tarling yang sekarang di dengar di sekitar Cirebon sudah terkombinasi dengan musik dangdut. Tak jarang lagu-lagu tarling yang berbahasa Cirebon di recycle ke dangdut nasional dengan mengubah lirik menjadi bahasa Indonesia sehingga penikmat musik dari nusantara pun bisa mendengarkan arti lirik dalam musik tarling yang sering diputar bahkan di tayang kan di TV nasional.

Musik ini sangat khas sekali, berbeda dengan dangdut sejenisnya. Ada juga karya tarling yang berbentuk drama seperti Baridin, Saedah Saeni, Kang Ato Ayame Ilang dll yang terdapat unsur lawak dan pesan moral didalam pagelarannya, liriknya pun menceritakan realita kehidupan manusia. Banyak tokoh tarling yang membuat seni musik ini diminati para pemuda di sekitar Cirebon, Indramayu, Subang dan pesisir utara sekitar Jawa Tengah. Seperti Abdul Adjib, Hj. Dariyah, Dulatip hingga penyanyi tarling generasi sekarang, Aas Rolani, Nunung Alvi, Yoyo Suwaryo dll. Tak jarang di acara-acara resepsi atau hiburan dan perkumpulan masyarakat memutar lagu-lagu tarling ini sebagai penambah suasana.




6. TARI WAYANG



Tari wayang yaitu tari mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya. Berdasarkan segi penyajiannya tari wayang dikelompokkan menjadi 3 bagian antara lain :
  1. Tari Tunggal yaitu tarian yang dibawakan oleh satu orang penari dengan membawakan satu tokoh pewayangan. Contoh : Tari Arjuna, Gatotkaca,dan sebagainya.
  2. Tari berpasangan, yaitu tarian yang dibawakan oleh dua orang penari atau lebih yang keduanya saling melengkapi keutuhan tariannya, contoh : Tari Sugriwa, Subali .
  3. Tari Massal yang berjumlah lebih dari satu penari dengan tarian atau ungkapan yang sama. Contoh : Tari Monggawa, Badaya.
Tari Wayang sendiri merupakan salah satu tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Dimana seperti yang kita tahu bahwa tarian ini mempunyai beberapa gerakan dan juga hal yang sangat menarik untuk disaksikan oleh berbagai orang yang ada pada daerah itu sendiri/orang lain yang datang berkunjung ke daerah tersebut untuk sekedar melihat tarian tersebut.
Tariini pada dasarnya sangat kental dengan berbagai adat yang ada pada daerah Jawa Barat, hal ini disebabkan oleh masih banyak warga masyarakat umum Jawa Barat yang melakukan berbagai upacara adat ataupun ritual – ritual dengan menggunakan beberapa tarian yang ada pada daerah Jawa Barat, sehingga beberapa tari yang ada di sini sangat – sangat identik dengan semua hal tersebut.




7. TARI RONGGENG BUGIS

Ronggeng Bugis adalah ronggeng yang berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan. Keberadaan Ronggeng Bugis ini berawal saat Sunan Gunung Jati pada tahun 142 Masehi menyatakan kemerdekaan negara Cirebon, yang terlepas dari kekuasaan Maharaja Pakuan Pajajaran. Pada saat itu, negara Cirebon memiliki pasukan Telik Sandi (Prajurit Sandi Yuda) yang melakukan kegiatan spionasi di wilayah Pajajaran untuk mengetahui reaksi dari pernyataan kedaulatan penuh negara Islam Cirebon. Pasukan tersebut merupakan yang anggotanya terdiri atas orang-orang berani, bermental kuat serta pandai menyamar. Menurut sumber tradisi lisan, dalam perjalanan waktu yang panjang, kerajaan Cirebon dibantu prajurit-prajurit Bugis, baik di Era Galuh, masa Portugis, maupun masa Kolonial. Keberadaan prajurit Bugis dalam waktu cukup lama telah menyebabkan mereka membentuk komunitas lengkap dengan budaya asal mereka.
Secara umum, kata ronggeng adalah penari wanita atau tandak, primadona sebagai teman menari, misalnya pada tayuban. Bugis adalah nama tempat yang sekarang dikenal dengan Makasar. Dengan demikian, pengertian Ronggeng Bugis adalah tarian yang berasal dari Bugis.
Menurut cerita, tari Ronggeng Bugis ini tercipta atau diilhami dari kisah sejarah masa lalu, saat Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Bugis, baik di era Galuh, masa Portugis, maupun masa kolonial. Ketika bantuan Kerajaan Bugis tidak diperlukan lagi, mereka kembali ke Bugis. Sebagian kecil sisanya meninggalkan diri karena telah merasa betah dan terikat perkawinan dengan orang Cirebon.
Pementasan Ronggeng Bugis diiringi oleh gamelan/waditra yang terdiri atas : kelenang, gong kecil, kendang kecil, kecrek, dan saron.
Para penari semuanya laki-laki yang menggunakan kebaya berwarna menyolok dan terang. Sanggul kecil ditempelkan di belakang kepala pada posisi miring. Make up menyolok dan gambar bibir yang miring sehingga perpaduan seluruh hiasan yang digunakan memunculkan kesan lucu yang mengundang tawa. Tata rias dan pakaian yang digunakan tidak selamanya baku. Semua dapat berubah-ubah sesuai dengan bayangan kesan yang akan mengundang gelak tawa penonton.
Jumlah penari pada satu pementasan tidak ditentukan secara khusus. Rata-rata berjumlah antara empat sampai dengan sembilan orang. Jumlah penari akan disesuaikan dengan luas arena pertunjukkan. Tarian tersebut rata-rata memerlukan arena cukup luas karena dilakukan dengan gerakan lincah; penuh gerakan atraktif; dan dilakukan oleh beberapa penari.
Atraksi tari dimulai dengan munculnya seorang penari yang memperagakan gerakan lucu. Gerakan tarian yang dibawakan beritmik pelan dan gemulai. Setelah itu, muncul enam penari lain beriringan melakukan gerakan tari yang sama, berlenggang-lenggok dengan berbagai gerakan. Gerakan selanjutnya adalah gerakan yang mengandung cerita lucu. Berbagai gerakan lucu tersebut berlangsung antara sepuluh hingga lima belas menit. Kelucuan tidak terbatas pada gerakan, juga memanfaatkan hiasan yang dikenakan. Misalnya sanggul salah seorang penari copot, lalu sanggul tersebut dilemparkan ke arah pemain gamelan, dan lain sebagainya.
Jalannya pertunjukan, apabila dilakukan pada panggung pertunjukan diawali dengan tetalu kurang lebih selama 5 menit. Penari keluar pada penampilan pertama gerak tarinya masih lembut. Pada penampilan berikutnya gerak tarinya lincah dan dinamis, semua anggota tubuh termasuk mata, mulut dan rambut digerakkan dengan lucu dan di dominasi oleh gerak mengintai dan mengawasi. Apabila telah dianggap cukup waktunya, maka pertunjukan diakhiri dengan gerak tari berjalan. Penari Telik Sandi biasa ditarikan oleh minimum 4 orang bahkan bisa sampai belasan orang. Namun setiap individu penari bisa melakukan improvisasi gerak sesuai dengan gaya masing-masing.

8. TARI JAIPONG

Apakah Tari Jaipong itu?

Tari Jaipong adalah salah satu kesenian tradisional Jawa Barat yang sangat populer di Indonesia. Tari Jaipong ini merupakan penggabungan beberapa seni tradisional seperti pencak silat, wayang golek, ketuk tilu dan lain – lain. Tarian ini sering di tampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu besar dan festival budaya.

Menurut sejarahnya, Tari Jaipong ini merupakan tarian yang di ciptakan oleh seniman bernama H. Suanda dari Karawang. Tarian ini mulai di populerkan pada tahun 1976 melalui media kaset dengan nama “Suanda Grup”. Pada saat itu masih menggunakan instrument sederhana sebagai pengiringnya seperti gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden. Melalui media kaset rekaman tersebut ternyata mendapat respon yang baik dari masyarakat Karawang sehingga tarian ini menjadi sarana hiburan bagi masyarakat disana.

Tarian Jaipong ini mulai di kenalkan ke masyarakat bandung  oleh seniman bernama Gugum Gumbira, dengan tujuan mengembangkan tarian asal karawang ini di kota bandung. Dengan terinspirasi dari berbagai kesenian sebelumnya seperti ketuk tilu, kliningan dan juga tari ronggeng, Gugum Gumbira mengemas tarian tersebut menjadi pengembangan dari Tari Jaipong.

Pada pertunjukannya, tarian ini  biasa di mainkan oleh para penari secara perorangan, berpasangan atau berkelompok. Gerakan dalam tarian ini merupakan tarian atraktif dengan gerakan yang dinamis. Dengan gerakan dominan antara tangan, bahu, pinggul yang di gerakan secara lincah dan dinamis. Pada saat menari secara berpasangan atau berkelompok, penari menari menari dengan gerakan yang padu antara penari satu dengan penari lainnya. Selain itu barisan atau formasi yang di lakukan secara berpindah – pindah akan menambah keindahan pada tarian tersebut. Dalam pertunjukan tari juga di iringi dengan music tradisional degung dengan alat music seperti kendang, gong, saron, kecapi dan lain – lain.


Busana yang di gunakan dalam tarian jaipong ini biasanya menggunakan kebaya berwarna cerah dan bawahan berupa kain jarit bermotif batik. Busana yang di gunakan pada tarian ini biasanya menggunakan ukuran longgar, terutama pada bagian bawah karena di sesuaikan dengan gerakannya yang lincah dan dinamis. Pada bagian kepala biasanya menggunakan sanggul yang di hias dengan hiasan seperti mahkota dan juga bunga untuk menambah kecantikan para penarinya. Selain itu penari juga di lengkapi dengan selendang yang di gunakan untuk menari sehingga terlihat sangat anggun.

Dalam perkembangannya, Tari Jaipong ini menjadi salah satu simbol kesenian Jawa Barat. Tarian ini sering di tampilkan pada acara hiburan, penyambutan tamu besar dan festival budaya. Seiring dengan perkembangannya, tarian ini telah di modifikasi dengan berbagai kreasi gerakan dan juga kostum atau attribute yang di gunakan dalam menarinya. Perubahan dilakukan agar tarian tersebut terlihat menarik, namun tidak meninggalkan pakem atau keasliannya.


9. TARI TOPENG KELAN
Tari Topeng Cirebon adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Indramayu, Jatibarang, Losari, dan Brebes. Di Cirebon, tari topeng ini sendiri banyak sekali jenisnya, dalam hal gerakan maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian tunggal, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Salah satu jenis tari topeng yang berasal dari Cirebon adalah Tari Topeng Klana. Tarian ini merupakan semacam bagian lain dari tari topeng cirebon lainnya yaitu Tari Topeng Kencana Wungu. Adakalanya kedua tari Topeng ini disajikan bersama, biasa disebut dengan Tari Topeng Klana Kencana Wungu.
Tari Topeng Klana merupakan rangkaian gerakan tari yang menceritakan Prabu Minakjingga (Klana) yang tergila-gila pada kecantikan Ratu Kencana Wungu, hingga kemudian berusaha mendapatkan pujaan hatinya. Namun upaya pengejarannya tidak mendapat hasil.
Kemarahan yang tak bisa lagi disembunyikannya kemudian membeberkan segala tabiat buruknya. 
Pada dasarnya, bentuk dan warna topeng mewakili karakter atau watak tokoh yang dimainkan. Klana, dengan topeng dan kostum yang didominasi warna merah mewakili karakter yang tempramental.   Dalam tarian ini, Klana yang merupakan orang yang serakah, penuh amarah, dan tidak bisa menjaga hawa nafsu divisualisasikan dalam gerakan langkah kaki yang panjang-panjang dan menghentak. Sepasang tangannya juga terbuka, serta jari-jari yang selalu mengepal

Sebagian gerak tarinya menggambarkan seseorang yang gagah, mabuk, marah, atau tertawa terbahak-bahak. Tarian ini biasa dipadukan dengan irama Gonjing yang dilanjutkan dengan Sarung Ilang. Pola pengadegan tarinya sama dengan topeng lainnya, terdiri atas bagian baksarai (tari yang belum memakai kedok) dan bagianngedok (tari yang memakai topeng).
Tepat sebelum bagian akhir tarian ini, penari biasanya berkeliling kepada tamu yang datang untuk meminta uang. Ia berkeliling dengan mengasonkan topeng yang dipakainya sebagai wadah uang pemberian penonton. Bagian ini disebut dengan Ngarayuda atau Nyarayuda, simbol dari raja kaya raya yang masih tidak merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, hingga terus merampas sebanyak-banyaknya harta rakyat kecil tanpa mempeduikan hak-haknya. 
Inilah kiranya yang menginspirasi  Nugraha Soeradiredja ketika menciptakan Tari Klana. 












10. TARI SAMAN
TARI SAMAN – Tari saman yaitu tarian tempat asal suku gayo yang lazimnya kerap digelar dikala ada acara-acara adat atau peristiwa penting berhubungan dengan kultur tempat. Syair yang digunakan dalam tarian ini menerapkan bahasa gayo itu sendiri. Disamping itu lazimnya tarian saman juga ditampilkan dikala ada acara perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tari saman dimaksimalkan dan didirikan oleh Syekh Saman, yaitu seorang ulama yang berasal dari tempat Gayo yaitu Aceh bagian Tenggara. Tari saman sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah sati daftar kultur warisan dari Aceh yang terdapat pada sidang ke-6 komite antar pemerintah atas perlindungan warisan kultur tidak benda UNCESCO di bali, tepatnya pada tanggal 24 November 2011
SEJARAH DAN ASAL USUL TARI SAMAN
Tari saman yaitu tarian asal suku hayo yang ada di Aceh. Tari saman ini mulai dimaksimalkan mulai dari abad ke 14 oleh seorang ulama besar yang bernama Syekh Saman. Awalnya tarian ini cuma sekadar permainan rakyat yang sebelumnya diberikan nama Pok Ane.
Kemudian kebudayaan Islampun masuk ke tempat Gayo sehingga dua kultur ini berakulturasi, dan menyebabkana perubahan mulai dari lagu pengiring permainan Pok Ane yang sebelumnya cuma sekadar komplemen, sekarang menjadi nyayian yang dipenuhi oleh arti dan makna kebanggaan untuk Allah. Adat Islam ini juga mengubah sebagian gerakan tari saman mulai dari gerakan tepukan tangan dan perubahan tempat duduknya.
MAKNA DAN FUNGSI TARI SAMAN
Tari saman yaitu salah satu media guna untuk menyampaikan pesan, nasihat, atau dakwah. Makna dari tarian ini sendiri mencerminkan sebuah pendidikan, sopan santun, keagamaan, kepahlawanan, kebersamaan dan kekompakan.
Tari saman yaitu salah satu media guna untuk menyampaikan pesan, nasihat, atau dakwah. Makna dari tarian ini sendiri mencerminkan sebuah pendidikan, sopan santun, keagamaan, kepahlawanan, kebersamaan dan kekompakan.
Lazimnya tari saman ditampilkan tampa menerapkan iring-iringan dari alat musik, melainkan menerapkan suara dari para penari saman sendiri serta tepukan tangan mereka yang lazimnya dikombinasikan dengan memukul bagian dada serta pangkal paha mereka sebagai format sinkronisasi juga gerakan menghempaskan badan ke pelbagai arah. Tarian ini lazimnya didampingi oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut dengan nama syekh.
Disebabkan kekompakan dan keseragaman formasi serta kecermatan waktu yaitu suatu format kewajiban dalam menampakkan gerakana tarian ini, oleh sebab itu para penari saman dituntut supaya mempunyai tingkat konsentrasi yang tinggi serta latihan yang serius supaya dapat menampakkan gerakan tari yang sempurna. Tarian ini lebih terkhusus ditampilkan oleh laki-laki.


Dahulunya tarian ini dilakukan dalam acara-acara adat tertentu saja, diantaranya dikala ada acara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, juga terkhusus dalam konteks masa sekarang, tari saman dipertunjukkan juga dalam acara-acara yang sifatnya legal, contohnya seperti ada kunjungan tamu-tamu antar kabupaten, atau juga dikala pembukaan sebuah festival ataupun acara-acara penting lainnya.
Semulanya tari saman cuma dimainkan oleh para pria saja yang jumlahnya kurang lebih 10 orang, 8 orang sebagai penari dan 2 orang lagi sebagai pemberi aba-aba. Melainkan semakin berkembangnya zaman sampai masuk era modern dikala ini, tari saman semakin semarak dengan dibiarkannya menambahkan jumlah penari lebih dari 10 orang, disamping itu para wanita yang semulanya tidak diperbolehkan untuk memainkan sekarang diperbolehkan.
Supaya dapat mengendalikan kekompakan tarian lazimnya tari saman akan dipimpin oleh 2 syekh. Syekh yaitu yang mengendalikan jalannya irama gerakan sekalian sebagai pemandu lagu dan syair dalaam iringan tarian saman. Gerakan yang dilakukan dalam tari saman ini terbagi menjadi 2 faktor gerakan yaitu gerakan tepukan dada serta gerakan tepukan tangan, kemudian gerak kirep, guncang, lingang, surang-saring. Nama-nama gerakan faktor ini berasal dari bahasa Gayo.