Kesenian-Kesenian Yang Ada di Cirebon
Cirebon, selain dijuluki sebagai kota Udang dan kota Wali ternyata kota
yang berada di timur Jawa Barat ini memiliki beberapa budaya kesenian daerah
yang mendunia. Kali ini saya mau share buat temen-temen beberapa kesenian
daerah khas Cirebon. Jika temen-temen sempat mengunjungi kota Cirebon lalu
berbincang-bincang tentang budaya keseniannya, pasti nama-nama dibawah ini akan
terdengar. Dan bahkan jika ada suatu hiburan entah hajatan, khitanan, atau
perayaan lainnya pasti akan menemui kesenian-kesenian dibawah ini. Pokonya
Cirebon banget jeeehhh....
1. Tari Topeng
Masing-masing topeng pada tari ini memilik karakter yang menggambarkan sifat atau perwatakan seseorang. Topeng berwarna biru misalnya, mengandung sifat yang anggun dan lincah. Lalu topeng yang berwarna merah memiliki karakter yang beringas dan sangat tempramental. Jenis tarian yang terkenalnya ialah tari topeng Kencana Wungu yang menceritakan Prabu Minak Jingga yang tergila-gila pada Ratu Kencana Wungu. Tari ini karya Nugraha Soeradireja. Tari Toeng sangat populer sekali di wilayah Cirebon, Indramayu, Subang, Majalengka, Brebes, Banyumas, Purwokerto dan Kuningan.Tari Topeng Cirebon tepatnya, adalah salah satu tarian di tatar parahyangan. Disebut tari topeng karena penarinnya menggunakan Topeng. Mimi Rasinah, adalah salah satu maestro tari topeng. Tari ini selalu mengalami perkembangan dari berbagai gerakan atau cerita yang dibawakan. Di sanggar-sanggar wilayah Cirebon dan sekitarnya, tari ini menjadi salah satu tari faforit. Tari topeng masih dipentaskan dalam acara kesenian tradisional ataupun acara lainnya. Tari topeng bisa dimainkan secara tunggal maupun kelompok. Ketika tarian ini dimulai, kendang dan rebab menjadi alunan musiknya yang mendominasi.
2. Tari Sintren
Tari Sintren adalah tari tradisonal yang berasal dari Cirebon tepatnya di wilayah pesisir utara. Nama lain dari kesenian ini adalah Lais. Tari Sintren sangat terkenal dengan suasana mistisnya yang bersumber dari cerita Sulasih dan Sulandono. Kisah cinta pasangan kekasih ini tidak direstui , sehingga Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Pertemuan keduanya saat itu hanya melalui alam gaib. Singkat cerita pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamasari yang memasuki roh bidadari ke tubuh Sulasih. Lalu Sulandono yang sedang bertapa dipanggil ibunya untuk menemui Sulasih. Sejak saait itulah setiap diadakan pertunjukan tari Sintren, sang penari dimasuki oleh roh bidadari oleh pawangnya dengan syarat penari masih dalam keadaan suci (perawan). Suara musik dalam pertunjukan Sintren sangat sederhana dan khas sekali.
Pertunjukan tari ini diperankan gadis yang masih suci dibantu oleh pawang.
Si pawang mengundang roh Dewi Lanjar untuk masuk kedalam penari. Penari akan
terihat cantik dan membawakan tarian yang mempesona. Unikanya, jika masyarakat
sekitar sawer (melempar uang), si penari akan berhenti dan menari lagi setelah
tidak ada lagi yang sawer. Hal ini dilakukan berulang-ulang kali dan terlihat
menarik. Dalam perkembangannya, tari Sintren diperagakan pula dengan penari
disekelilingnya dan diselingi bodoran (lawak).
3. Lukisan Kaca.
Lukisan kaca sudah kenal di Cirebon sejak abad 17. Lukisan ni dikenal pula
sebagai media dakwah pada masa Panembahan Ratu dan sangat berpengaruh dalam
penyebaran agama Islam saat itu. Lukisan ini berbentuk tulisan Kaligrafi dan
gambar Wayang dengan ditulis diatas media kaca. Pengaruh kaligrafi dikarenakan
dalam menyiarkan agama Islam, banyak ulama melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an
dan Hadist. Sedangkan gambar Wayang di daerah Cirebon serimg diadakan
pertunjukan Wayang yang menampilkan tokoh-tokoh Wayang seperti Arjuna, Kresna,
Rama, Lesmana dll.
Di abad 19, objek lukisan kaca bukan hanya tulisan kaligrafi dan hadist,
melainkan berkembang seperti gambar Paksinaga Liman, Buroq, dll. Perbedaan
lukisan kaca di kota Solo, Jawa Tengah dengan lukisan dari Cirebon ialah pada
teknik dan cara melukisnya. Jika lukisan kaca Solo dilukis diatas kaca depan,
berbeda halnya dengan lukisan Cirebon yang justru melukis dari kaca belakang.
4. Batik Cirebon
Batik Cirebon lahir sejak abad 16. Berawal ketika Pelabuhan Cirebon (dulu
Muara Jati) dijadikan tempat transit dan persinggahan para pedagang asin dari
Arab, Persia, India dan China. Kemudian dari hal itu menciptakan asimilasi dan
akulturasi bercampur budaya, serta menciptakan banyak tradisi baru. Salah
satunya batik Cirebon. Kota-kota dengan batiknya di Indonesia yang
mempopulerkan sangat berkembang, mulai dari batik Pekalongan, Solo, Jogja,
Garut, Palembang dll.
|
Beberapa motif atau corak yang terkenal pada batik Cirebon ialah motif
Megamendung dan Paksi Naga Liman. Megamendung dipengaruhi dari motif China yang
berbentuk garis-garis awan. Megamendung Cirebon memiliki ciri khas sendiri
yakni awan berbentuk lonjong, lancip dan segitiga sedangkan China berbentuk
bulatan. Sementara motif Paksi Naga Liman lebih memberi pesan peperangan antara
kebaikan melawan kejahatan guna mencapai kemakmuran.
Pusat dari pembuatan batik Cirebon sendiri berada di Trusmi, Plered. Batik
Trusmi lahir dari karya pemuka agama Islam, Ki Buyut Trusmi. Bersama Sunan
Gunung Jati, keduanya mengajarkan Islam di wilayah Trusmi dan mengajarkan
keterampilan membatik kepada penduduk setempat. Hingga kini, kawasan Trusmi
terkenal dengan Kampung Batik. Banyak wisatawan mancanegara yang melancong di
kawasan ini.
4. Buroq
Seni Buroq lahir sekitar tahun 1934. Abah Kalil, penduduk Desa Kalimaro,
Kecamatan Babakan ialah pencetus seni ini. Buroq juga dikenal dengan nama seni
Bedawang (boneka-boneka berukuran besar) seperti Kuda terbang, Macan, Singa,
dll. Seni Buroq diilhami tentang perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dari
Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha dengan menunggang hewan kuda bersayap.
Pertunjukan Burokan biasanya dipakai dalam beberapa perayaan, seperti Khataman, Sunatan, Perkawinan, Marhaban dll. Pertunjukan diawali dengan Tetalu lalu bergerak perlahan dengan lantunan lagu Asroqol (berupa salawat Nabi dan Barzanji). Rombongan pertunjukan masih berjalan ditempat, setelah banyak masyarakat yang datang rombongan mulai bergerak diiringi dengan alunan genjring dan shalawatan. Dalam perkembanganya, seni Buroq saat ini lebih menggunakan alat-alat musik modern seperti gitar, suling, kendang dan mengiringinya dengan alunan musik dangdut. Hiburan ini sangat bermakna bagi warga sekitar karena bersifat Islami, disenangi anak-anak dan tentunya lebih meningkatkan tali silahturahmi.
Pertunjukan Burokan biasanya dipakai dalam beberapa perayaan, seperti Khataman, Sunatan, Perkawinan, Marhaban dll. Pertunjukan diawali dengan Tetalu lalu bergerak perlahan dengan lantunan lagu Asroqol (berupa salawat Nabi dan Barzanji). Rombongan pertunjukan masih berjalan ditempat, setelah banyak masyarakat yang datang rombongan mulai bergerak diiringi dengan alunan genjring dan shalawatan. Dalam perkembanganya, seni Buroq saat ini lebih menggunakan alat-alat musik modern seperti gitar, suling, kendang dan mengiringinya dengan alunan musik dangdut. Hiburan ini sangat bermakna bagi warga sekitar karena bersifat Islami, disenangi anak-anak dan tentunya lebih meningkatkan tali silahturahmi.
5. Tarling
Demikian postingan saya hari ini tentang kesenian yang ada di Cirebon. Silahkan buat temen-temen apabila ada yang mau menambahkan. Sebagai generasi penerus, kita harus bangga dan tetap melestarikannya dengan cara terus mengadakan pertunjukan-pertunjukan tari Topeng dan Sintren serta mengembangkan kreatifitas melalui membatik dan melukis di kaca agar kesenian ini tidak punah dimakan seni modern yang mengalir begitu cepat merasuki otak anak-anak muda. Cintai budaya dalam negeri! Tarling disingkat gitar dan suling. Awalnya sekitar tahun 1930 seni musik ini hanya menggunakan dua alat tersebut. Namun semakin berkembangnya jaman, tarling yang sekarang di dengar di sekitar Cirebon sudah terkombinasi dengan musik dangdut. Tak jarang lagu-lagu tarling yang berbahasa Cirebon di recycle ke dangdut nasional dengan mengubah lirik menjadi bahasa Indonesia sehingga penikmat musik dari nusantara pun bisa mendengarkan arti lirik dalam musik tarling yang sering diputar bahkan di tayang kan di TV nasional.
Musik ini sangat khas sekali, berbeda dengan dangdut sejenisnya. Ada juga karya tarling yang berbentuk drama seperti Baridin, Saedah Saeni, Kang Ato Ayame Ilang dll yang terdapat unsur lawak dan pesan moral didalam pagelarannya, liriknya pun menceritakan realita kehidupan manusia. Banyak tokoh tarling yang membuat seni musik ini diminati para pemuda di sekitar Cirebon, Indramayu, Subang dan pesisir utara sekitar Jawa Tengah. Seperti Abdul Adjib, Hj. Dariyah, Dulatip hingga penyanyi tarling generasi sekarang, Aas Rolani, Nunung Alvi, Yoyo Suwaryo dll. Tak jarang di acara-acara resepsi atau hiburan dan perkumpulan masyarakat memutar lagu-lagu tarling ini sebagai penambah suasana.
6. TARI
WAYANG
Tari wayang yaitu tari
mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada
abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian
disebarkan oleh seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor,
Bandung dan Tasikmalaya. Berdasarkan segi penyajiannya tari wayang
dikelompokkan menjadi 3 bagian antara lain :
- Tari Tunggal yaitu tarian yang dibawakan oleh
satu orang penari dengan membawakan satu tokoh pewayangan. Contoh : Tari Arjuna,
Gatotkaca,dan sebagainya.
- Tari berpasangan, yaitu tarian yang dibawakan
oleh dua orang penari atau lebih yang keduanya saling melengkapi keutuhan
tariannya, contoh : Tari Sugriwa, Subali .
- Tari Massal yang berjumlah lebih dari satu penari
dengan tarian atau ungkapan yang sama. Contoh : Tari Monggawa, Badaya.
Tari Wayang sendiri merupakan salah satu
tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Dimana seperti yang kita tahu
bahwa tarian ini mempunyai beberapa gerakan dan juga hal yang sangat menarik
untuk disaksikan oleh berbagai orang yang ada pada daerah itu sendiri/orang
lain yang datang berkunjung ke daerah tersebut untuk sekedar melihat tarian
tersebut.
Tariini pada dasarnya sangat kental
dengan berbagai adat yang ada pada daerah Jawa Barat, hal ini disebabkan oleh
masih banyak warga masyarakat umum Jawa Barat yang melakukan berbagai upacara
adat ataupun ritual – ritual dengan menggunakan beberapa tarian yang ada pada
daerah Jawa Barat, sehingga beberapa tari yang ada di sini sangat – sangat
identik dengan semua hal tersebut.
7.
TARI RONGGENG BUGIS
Ronggeng Bugis adalah ronggeng yang berasal dari Bugis, Sulawesi
Selatan. Keberadaan Ronggeng Bugis ini berawal saat Sunan Gunung Jati pada
tahun 142 Masehi menyatakan kemerdekaan negara Cirebon, yang terlepas dari
kekuasaan Maharaja Pakuan Pajajaran. Pada saat itu, negara Cirebon memiliki
pasukan Telik Sandi (Prajurit Sandi Yuda) yang melakukan kegiatan spionasi di
wilayah Pajajaran untuk mengetahui reaksi dari pernyataan kedaulatan penuh
negara Islam Cirebon. Pasukan tersebut merupakan yang anggotanya terdiri atas
orang-orang berani, bermental kuat serta pandai menyamar. Menurut sumber
tradisi lisan, dalam perjalanan waktu yang panjang, kerajaan Cirebon dibantu
prajurit-prajurit Bugis, baik di Era Galuh, masa Portugis, maupun masa
Kolonial. Keberadaan prajurit Bugis dalam waktu cukup lama telah menyebabkan
mereka membentuk komunitas lengkap dengan budaya asal mereka.
Secara umum, kata ronggeng adalah penari wanita atau tandak, primadona sebagai teman menari, misalnya pada tayuban. Bugis adalah nama tempat yang sekarang dikenal dengan Makasar. Dengan demikian, pengertian Ronggeng Bugis adalah tarian yang berasal dari Bugis.
Menurut cerita, tari Ronggeng Bugis ini tercipta atau diilhami dari kisah sejarah masa lalu, saat Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Bugis, baik di era Galuh, masa Portugis, maupun masa kolonial. Ketika bantuan Kerajaan Bugis tidak diperlukan lagi, mereka kembali ke Bugis. Sebagian kecil sisanya meninggalkan diri karena telah merasa betah dan terikat perkawinan dengan orang Cirebon.
Pementasan Ronggeng Bugis diiringi oleh gamelan/waditra yang terdiri atas : kelenang, gong kecil, kendang kecil, kecrek, dan saron.
Para penari semuanya laki-laki yang menggunakan kebaya berwarna menyolok dan terang. Sanggul kecil ditempelkan di belakang kepala pada posisi miring. Make up menyolok dan gambar bibir yang miring sehingga perpaduan seluruh hiasan yang digunakan memunculkan kesan lucu yang mengundang tawa. Tata rias dan pakaian yang digunakan tidak selamanya baku. Semua dapat berubah-ubah sesuai dengan bayangan kesan yang akan mengundang gelak tawa penonton.
Jumlah penari pada satu pementasan tidak ditentukan secara khusus. Rata-rata berjumlah antara empat sampai dengan sembilan orang. Jumlah penari akan disesuaikan dengan luas arena pertunjukkan. Tarian tersebut rata-rata memerlukan arena cukup luas karena dilakukan dengan gerakan lincah; penuh gerakan atraktif; dan dilakukan oleh beberapa penari.
Atraksi tari dimulai dengan munculnya seorang penari yang memperagakan gerakan lucu. Gerakan tarian yang dibawakan beritmik pelan dan gemulai. Setelah itu, muncul enam penari lain beriringan melakukan gerakan tari yang sama, berlenggang-lenggok dengan berbagai gerakan. Gerakan selanjutnya adalah gerakan yang mengandung cerita lucu. Berbagai gerakan lucu tersebut berlangsung antara sepuluh hingga lima belas menit. Kelucuan tidak terbatas pada gerakan, juga memanfaatkan hiasan yang dikenakan. Misalnya sanggul salah seorang penari copot, lalu sanggul tersebut dilemparkan ke arah pemain gamelan, dan lain sebagainya.
Jalannya pertunjukan, apabila dilakukan pada panggung pertunjukan diawali dengan tetalu kurang lebih selama 5 menit. Penari keluar pada penampilan pertama gerak tarinya masih lembut. Pada penampilan berikutnya gerak tarinya lincah dan dinamis, semua anggota tubuh termasuk mata, mulut dan rambut digerakkan dengan lucu dan di dominasi oleh gerak mengintai dan mengawasi. Apabila telah dianggap cukup waktunya, maka pertunjukan diakhiri dengan gerak tari berjalan. Penari Telik Sandi biasa ditarikan oleh minimum 4 orang bahkan bisa sampai belasan orang. Namun setiap individu penari bisa melakukan improvisasi gerak sesuai dengan gaya masing-masing.
Secara umum, kata ronggeng adalah penari wanita atau tandak, primadona sebagai teman menari, misalnya pada tayuban. Bugis adalah nama tempat yang sekarang dikenal dengan Makasar. Dengan demikian, pengertian Ronggeng Bugis adalah tarian yang berasal dari Bugis.
Menurut cerita, tari Ronggeng Bugis ini tercipta atau diilhami dari kisah sejarah masa lalu, saat Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Bugis, baik di era Galuh, masa Portugis, maupun masa kolonial. Ketika bantuan Kerajaan Bugis tidak diperlukan lagi, mereka kembali ke Bugis. Sebagian kecil sisanya meninggalkan diri karena telah merasa betah dan terikat perkawinan dengan orang Cirebon.
Pementasan Ronggeng Bugis diiringi oleh gamelan/waditra yang terdiri atas : kelenang, gong kecil, kendang kecil, kecrek, dan saron.
Para penari semuanya laki-laki yang menggunakan kebaya berwarna menyolok dan terang. Sanggul kecil ditempelkan di belakang kepala pada posisi miring. Make up menyolok dan gambar bibir yang miring sehingga perpaduan seluruh hiasan yang digunakan memunculkan kesan lucu yang mengundang tawa. Tata rias dan pakaian yang digunakan tidak selamanya baku. Semua dapat berubah-ubah sesuai dengan bayangan kesan yang akan mengundang gelak tawa penonton.
Jumlah penari pada satu pementasan tidak ditentukan secara khusus. Rata-rata berjumlah antara empat sampai dengan sembilan orang. Jumlah penari akan disesuaikan dengan luas arena pertunjukkan. Tarian tersebut rata-rata memerlukan arena cukup luas karena dilakukan dengan gerakan lincah; penuh gerakan atraktif; dan dilakukan oleh beberapa penari.
Atraksi tari dimulai dengan munculnya seorang penari yang memperagakan gerakan lucu. Gerakan tarian yang dibawakan beritmik pelan dan gemulai. Setelah itu, muncul enam penari lain beriringan melakukan gerakan tari yang sama, berlenggang-lenggok dengan berbagai gerakan. Gerakan selanjutnya adalah gerakan yang mengandung cerita lucu. Berbagai gerakan lucu tersebut berlangsung antara sepuluh hingga lima belas menit. Kelucuan tidak terbatas pada gerakan, juga memanfaatkan hiasan yang dikenakan. Misalnya sanggul salah seorang penari copot, lalu sanggul tersebut dilemparkan ke arah pemain gamelan, dan lain sebagainya.
Jalannya pertunjukan, apabila dilakukan pada panggung pertunjukan diawali dengan tetalu kurang lebih selama 5 menit. Penari keluar pada penampilan pertama gerak tarinya masih lembut. Pada penampilan berikutnya gerak tarinya lincah dan dinamis, semua anggota tubuh termasuk mata, mulut dan rambut digerakkan dengan lucu dan di dominasi oleh gerak mengintai dan mengawasi. Apabila telah dianggap cukup waktunya, maka pertunjukan diakhiri dengan gerak tari berjalan. Penari Telik Sandi biasa ditarikan oleh minimum 4 orang bahkan bisa sampai belasan orang. Namun setiap individu penari bisa melakukan improvisasi gerak sesuai dengan gaya masing-masing.
8. TARI JAIPONG
Apakah Tari Jaipong
itu?
Tari Jaipong adalah salah
satu kesenian tradisional Jawa Barat yang
sangat populer di Indonesia. Tari Jaipong ini merupakan penggabungan beberapa
seni tradisional seperti pencak silat, wayang golek,
ketuk tilu dan lain – lain. Tarian ini sering di tampilkan di
berbagai acara seperti penyambutan tamu besar dan festival budaya.
Menurut sejarahnya,
Tari Jaipong ini merupakan tarian yang di ciptakan oleh seniman bernama H. Suanda dari Karawang. Tarian ini mulai di
populerkan pada tahun 1976 melalui media kaset dengan nama “Suanda Grup”. Pada saat itu masih menggunakan
instrument sederhana sebagai pengiringnya seperti gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden. Melalui media kaset rekaman tersebut ternyata
mendapat respon yang baik dari masyarakat Karawang sehingga
tarian ini menjadi sarana hiburan bagi masyarakat disana.
Tarian Jaipong ini
mulai di kenalkan ke masyarakat bandung oleh seniman
bernama Gugum Gumbira, dengan tujuan mengembangkan tarian asal
karawang ini di kota bandung. Dengan terinspirasi dari berbagai kesenian
sebelumnya seperti ketuk tilu, kliningan dan
juga tari ronggeng, Gugum Gumbira mengemas tarian tersebut
menjadi pengembangan dari Tari Jaipong.
Pada pertunjukannya,
tarian ini biasa di mainkan oleh para penari secara
perorangan, berpasangan atau berkelompok. Gerakan dalam
tarian ini merupakan tarian atraktif dengan gerakan yang dinamis. Dengan
gerakan dominan antara tangan, bahu, pinggul yang di gerakan secara lincah dan
dinamis. Pada saat menari secara berpasangan atau berkelompok, penari menari
menari dengan gerakan yang padu antara penari satu dengan penari lainnya.
Selain itu barisan atau formasi yang di lakukan secara berpindah – pindah akan
menambah keindahan pada tarian tersebut. Dalam pertunjukan tari juga di iringi
dengan music tradisional degung dengan alat music seperti kendang, gong, saron, kecapi dan lain – lain.
Busana yang di gunakan
dalam tarian jaipong ini biasanya menggunakan kebaya berwarna cerah dan bawahan
berupa kain jarit bermotif batik. Busana yang di gunakan pada tarian ini
biasanya menggunakan ukuran longgar, terutama pada bagian bawah karena di
sesuaikan dengan gerakannya yang lincah dan dinamis. Pada bagian kepala
biasanya menggunakan sanggul yang di hias dengan hiasan seperti mahkota dan
juga bunga untuk menambah kecantikan para penarinya. Selain itu penari juga di
lengkapi dengan selendang yang di gunakan untuk menari sehingga terlihat sangat
anggun.
Dalam
perkembangannya, Tari Jaipong ini
menjadi salah satu simbol kesenian Jawa Barat.
Tarian ini sering di tampilkan pada acara hiburan, penyambutan tamu besar dan
festival budaya. Seiring dengan perkembangannya, tarian ini telah di modifikasi
dengan berbagai kreasi gerakan dan juga kostum atau attribute yang di gunakan
dalam menarinya. Perubahan dilakukan agar tarian tersebut terlihat menarik,
namun tidak meninggalkan pakem atau keasliannya.
Tari Topeng Cirebon adalah salah satu
tarian di tatar Parahyangan. Kesenian ini merupakan kesenian asli daerah
Cirebon, termasuk Indramayu, Jatibarang, Losari, dan Brebes. Di Cirebon, tari
topeng ini sendiri banyak sekali jenisnya, dalam hal gerakan maupun cerita yang
ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian
tunggal, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Salah satu jenis tari topeng yang
berasal dari Cirebon adalah Tari Topeng Klana. Tarian ini merupakan semacam
bagian lain dari tari topeng cirebon lainnya yaitu Tari Topeng Kencana Wungu.
Adakalanya kedua tari Topeng ini disajikan bersama, biasa disebut dengan Tari
Topeng Klana Kencana Wungu.
Tari Topeng Klana merupakan rangkaian
gerakan tari yang menceritakan Prabu Minakjingga (Klana) yang tergila-gila pada
kecantikan Ratu Kencana Wungu, hingga kemudian berusaha mendapatkan pujaan
hatinya. Namun upaya pengejarannya tidak mendapat hasil.
Kemarahan yang tak bisa lagi
disembunyikannya kemudian membeberkan segala tabiat buruknya.
Pada dasarnya, bentuk dan warna topeng
mewakili karakter atau watak tokoh yang dimainkan. Klana, dengan topeng dan
kostum yang didominasi warna merah mewakili karakter yang
tempramental. Dalam tarian ini, Klana yang merupakan orang yang
serakah, penuh amarah, dan tidak bisa menjaga hawa nafsu divisualisasikan dalam
gerakan langkah kaki yang panjang-panjang dan menghentak. Sepasang tangannya
juga terbuka, serta jari-jari yang selalu mengepal
Sebagian
gerak tarinya menggambarkan seseorang yang gagah, mabuk, marah, atau tertawa
terbahak-bahak. Tarian ini biasa dipadukan dengan irama Gonjing yang
dilanjutkan dengan Sarung Ilang. Pola pengadegan tarinya sama dengan topeng
lainnya, terdiri atas bagian baksarai (tari yang belum memakai kedok) dan bagianngedok (tari
yang memakai topeng).
Tepat sebelum bagian akhir tarian ini,
penari biasanya berkeliling kepada tamu yang datang untuk meminta uang. Ia
berkeliling dengan mengasonkan topeng yang dipakainya sebagai wadah uang
pemberian penonton. Bagian ini disebut dengan Ngarayuda atau Nyarayuda, simbol
dari raja kaya raya yang masih tidak merasa cukup dengan apa yang dimilikinya,
hingga terus merampas sebanyak-banyaknya harta rakyat kecil tanpa mempeduikan
hak-haknya.
Inilah kiranya yang menginspirasi
Nugraha Soeradiredja ketika menciptakan Tari Klana.
10. TARI SAMAN
TARI
SAMAN – Tari saman yaitu tarian tempat asal suku gayo yang lazimnya kerap
digelar dikala ada acara-acara adat atau peristiwa penting berhubungan dengan
kultur tempat. Syair yang digunakan dalam tarian ini menerapkan bahasa gayo itu
sendiri. Disamping itu lazimnya tarian saman juga ditampilkan dikala ada acara
perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tari saman dimaksimalkan dan didirikan oleh Syekh Saman, yaitu seorang
ulama yang berasal dari tempat Gayo yaitu Aceh bagian Tenggara. Tari saman
sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah sati daftar kultur warisan dari Aceh
yang terdapat pada sidang ke-6 komite antar pemerintah atas perlindungan
warisan kultur tidak benda UNCESCO di bali, tepatnya pada tanggal 24 November
2011
SEJARAH DAN ASAL USUL TARI SAMAN
Tari saman yaitu tarian asal suku hayo yang ada di Aceh. Tari saman ini
mulai dimaksimalkan mulai dari abad ke 14 oleh seorang ulama besar yang bernama
Syekh Saman. Awalnya tarian ini cuma sekadar permainan rakyat yang sebelumnya
diberikan nama Pok Ane.
Kemudian kebudayaan Islampun masuk ke tempat Gayo sehingga dua kultur ini
berakulturasi, dan menyebabkana perubahan mulai dari lagu pengiring permainan
Pok Ane yang sebelumnya cuma sekadar komplemen, sekarang menjadi nyayian yang
dipenuhi oleh arti dan makna kebanggaan untuk Allah. Adat Islam ini juga
mengubah sebagian gerakan tari saman mulai dari gerakan tepukan tangan dan
perubahan tempat duduknya.
MAKNA DAN FUNGSI TARI SAMAN
Tari saman yaitu salah satu media
guna untuk menyampaikan pesan, nasihat, atau dakwah. Makna dari tarian ini
sendiri mencerminkan sebuah pendidikan, sopan santun, keagamaan, kepahlawanan,
kebersamaan dan kekompakan.
Tari saman yaitu salah satu media
guna untuk menyampaikan pesan, nasihat, atau dakwah. Makna dari tarian ini
sendiri mencerminkan sebuah pendidikan, sopan santun, keagamaan, kepahlawanan,
kebersamaan dan kekompakan.
Lazimnya tari saman ditampilkan tampa menerapkan iring-iringan dari alat
musik, melainkan menerapkan suara dari para penari saman sendiri serta tepukan
tangan mereka yang lazimnya dikombinasikan dengan memukul bagian dada serta
pangkal paha mereka sebagai format sinkronisasi juga gerakan menghempaskan badan
ke pelbagai arah. Tarian ini lazimnya didampingi oleh seorang pemimpin yang
lazimnya disebut dengan nama syekh.
Disebabkan kekompakan dan keseragaman formasi serta kecermatan waktu yaitu
suatu format kewajiban dalam menampakkan gerakana tarian ini, oleh sebab itu
para penari saman dituntut supaya mempunyai tingkat konsentrasi yang tinggi
serta latihan yang serius supaya dapat menampakkan gerakan tari yang sempurna.
Tarian ini lebih terkhusus ditampilkan oleh laki-laki.
Dahulunya tarian ini dilakukan dalam acara-acara adat tertentu saja, diantaranya dikala ada acara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, juga terkhusus dalam konteks masa sekarang, tari saman dipertunjukkan juga dalam acara-acara yang sifatnya legal, contohnya seperti ada kunjungan tamu-tamu antar kabupaten, atau juga dikala pembukaan sebuah festival ataupun acara-acara penting lainnya.
Semulanya tari saman cuma dimainkan oleh para pria saja yang jumlahnya
kurang lebih 10 orang, 8 orang sebagai penari dan 2 orang lagi sebagai pemberi
aba-aba. Melainkan semakin berkembangnya zaman sampai masuk era modern dikala
ini, tari saman semakin semarak dengan dibiarkannya menambahkan jumlah penari
lebih dari 10 orang, disamping itu para wanita yang semulanya tidak
diperbolehkan untuk memainkan sekarang diperbolehkan.
Supaya dapat mengendalikan kekompakan tarian
lazimnya tari saman akan dipimpin oleh 2 syekh. Syekh yaitu yang mengendalikan
jalannya irama gerakan sekalian sebagai pemandu lagu dan syair dalaam iringan
tarian saman. Gerakan yang dilakukan dalam tari saman ini terbagi menjadi 2
faktor gerakan yaitu gerakan tepukan dada serta gerakan tepukan tangan,
kemudian gerak kirep, guncang, lingang, surang-saring. Nama-nama gerakan faktor
ini berasal dari bahasa Gayo.
0 Komentar